Jumat, 07 Oktober 2011

KEBISINGAN

                                KEBISINGAN


A.    Pengertian dan Batasan Kebisingan

Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja yang merupakan “beban tambahan” dari seseorang yang sedang bekerja. Salah satu pentakit akibat kerja adalah kebisingan. Dimana penyakit akibat kerja dapat dicegah dengan adanya kesehatan lingkungan kerja.
Kebisingan merupakan masalah kesehatan yang selalu timbul baik pada industri besar misalnya pabrik baja dan mobil. Ada banyak batasan yang digunakan untuk istilah kebisingan. Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari gerakan –gerakan yang tidak teratur dan periodic. Ada pula yang mengartikan bahwa kebisingan adalah suara yang tidak mengandung kualitas music. Sehingga batasan yang paling baik adalah kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, misalnya pada kasus di bawah ini :
a.       Pada orang tua dan orang yang sedang sakit, suara keras daoat diartikan sebagai kebisingan. Sebaliknya suara keras ini tidak diartikan sebagai suara bising melainkan suara yang dianggap oleh mereka sebagai suara yang menyenangkan.
b.      Suara music klasik dianggap sebagai suara bising oleh kaum anak muda pada umumnya, senbaliknya suara music klasik tidak dianggap kebisingan karena enak didengar oleh jiwa sebagian orang.

Tidak hanya dari suara musik saja yang dianggap bising, seseorang yang sedang bicara dapat dikatakan bising atau suatu kebisingan. Sehingga suara bising sapat diartikan sebagai kebisingan, tergantung pada situasi , kondisi dan umur dari tiap pendengar. Apapun batasan yang diberikan, baik kebisingan maupun suara secar fisik adalah sama. Suara baik yang dikehendaki atau tidak dikehendaki adalah Fenomena Fisik Udara berupa  variasi perubahan tekanan udara yang terus menerus, cepat meninggi dan merendah dalam tekanan atmosfer yang normal serta dirambatkan yang disebabkan oleh obyek yang bergetar. Getaran udara tersebut merambat melalui medium padat, cair, maupun udara dimana bila diterima oleh telinga yang mendengarnya akan diberi makna atau sensasi tertentu.



B.     Pengaruh Kebisingan terhadap Lingkungan Kerja

Dalam melaksanakan pekerjaan di lingkungan kerja kebisingan dapat menjadi gangguan bagi para pekerja. Gangguan tersebut dapat dikelompokan menjadi :
a.       Gangguan Fisiologis
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat bising. Dimana pangeruh bagi pendengar dalam lingkungan adalah pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar dengan jelas, sehingga dapat menimbulkan kecelakaan. Pembicarapun terpaksa berteriak. Selain memerlukan tenaga ekstra juga menambah kebisingan dan tekanan darah.
b.      Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis lama bisa menimbulkan gangguan psikologis pada seseorang. Suara yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stress, gangguan jiwa, sulit konsentrasi berpikir. Sehingga dapat berpengaruh pada pekerja dan akhiranya pekerjaan tidak dapat terselesaikan dengan baik dan perusahaan dapat merugi.
c.       Gangguan Patologis Organis
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruh terhadap alat pendengaran/telinga yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara bahkan permanent. Sehingga dari gangguan ini dapat berpengaruh pada pekerja yang tidak bekerja secara optimal skibatnya perusahaan merugi karena mengeluarkan biaya untuk kesembuhan para pekerja dan penurunan produksi barang.
Jadi, pencegahan sangatlah penting bagi setiap perusahaan untuk mencegah resiko-resiko terburuk yang dapat terjadi




C.    Ukuran Kebisingan

Suara atau kebisingan apada hakekatnya memiliki “tekanan”. Tekanan yang dirambatkan pada dasarnya merupakan suatu daya (power) yang memiliki potensi bahaya kesehatan kerja. Besarnya tekanan dapat menimbulkan sensasi suara yang mampu didengar oleh telinga normal yaitu 0,002 bar. Tekanan sebesar itu mampu menggetarkan organ telinga dan bila terlampau tinggi dapat menimbulkan kerusakan organ telinga. Untuk memudahkan penulisan ataupun perhitungan derajat besarnya tekanan suara digunakan istilah dB(decibel). Misalnya, 1dB adalah tekanan udara terkecil yang mampu menimbulkan sensasi suara, 2dB kelipatan 10 dari 1dB sedangakn 3dB kelipatan 100 dari 1dB, demikian seterusnya.
Sehingga kebisingan dapat diklarifikasikan dalam 3 bentuk dasar berdasarkan tekanan yaitu :
a.       Steady noise
Dinyatakan dalam nilai amabang tekana suara (sound pressure levels) diukur dalam octave band dan perlahan-lahan tidak melebihi beberapa dB perdetik, contoh suara gergaji berputar.
b.      Impulse noise
Mempunyai perubahan-perubahan dalam octave band yang melebihi beberapa dB perdetik, contoh ketukan-ketukan yang berulang misalnya bising di dalam kamar mesin kapal.
c.       Impact noise
Mempunyai perubahan-perubahan yang amat besar dalam octave band, contoh letusan senjata api. Dimana impact noise merupakan kebisingan yang berbahaya bagi oergan telinga jiak terlalu sering didengarkan.

D.    Penyakit Kebisingan

Kebisingan di tempat kerja dapat mengganggu indra pendengaran atau telinga yang nantinya dapat menimbulkan ketulian baik secara permanen ataupun sementara, tergantung dari macam dan lama suara sertafaktor-faktor lain. Sehingga jika ketulian ini samapi berlarut terlalu lama maka akan menimbulkan beberapa penyakit lainnya misalnya osteoklerosis tulang telinga serta destruksi dan digenerasi telinga.


E.     Penyebab dan Penanganan Ketulian

1.      Penyebab Ketulian
Ketulian itu ada yang bersifat permanen dan sementara tergantung pada factor-faktor berikut :
·         Intensitas bising
Nada 100 Hz dengan intensitas 85dB jika di perdengarkan selama 4 jam tidak berbahaya namun jika intesitas dinaikan maka akan menyebabkan ketulian yang permanen
·         Frekuensi bising
Bising dengan frekuensi tinggi lebih bebahaya dari bising dengan frekuensi rendah. Jika frekuensi dinaikan maka akan menyebabkan ketulian yang permanent jika frekuensi diturunkan maka tidak akan berbahaya bagi telinga.
·         Lamanya berada dalam lingkungan kerja
Semakin lama berada dalam lingkungan kerja yang bising semakin bahaya untuk pendengaran terlebih lagi jika intesitas bising itu tinggi
·         Sifat bising
Bising yang didengar terus menerus lebih berbahaya.
·         Waktu di luar lingkungan kerja
Waktu kerja dilingkungan bising diselingi dengan bekerja beberapa jam sehari dilingkungan tenang akan mengurangi bahaya mundurnya pendengaran. Dimana dengan istirahat maka akan mengurangi beban telinga untuk mendengar sehingga ketulian yang bersifat pemanen dapat dicegah.

·         Kepekaan Seseorang
Kepekaan seseorang mempunyai kisaran luas, secara teliti hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan audiogram secara berulang-ulang.
·         Umur
Orang yang berumur lebih dari 40 tahun akan lebih mudah tuli akibat bising dibandingkan dengan orang yang umurnya 10-40 tahun.
·         Sifat-sifat fisik suara
*      Dengan intesitas dan frekuensi yang tinggi akan menyebabkan ketulian secara permanent. Misalnya dengan intesitas di atas 85dB dan frekuensi 3000-6000 Hz sudah dapat menimbulkan ketulian yang bersifat permanent dan dibarengi dengan lamanya kita berada dalam suatu tempat.
*      Bahan yang dipakai untuk bekerja misalnya mental atau semen pada umumnya lebih banyak menimbulkan resonansi getaran.
·         Sifat perorangan
*      Kepekaan perorangan
*      Umur
*      Penyakit telinga sebelumnya
Jika sesorang yang sebelumnya sudah mempunyai penyakit telinga akan dapat menyebabkan ketulian permanent lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang sebelumnya normal.

2.      Penanganan
Ketulian terjadi tahap demi tahap  yakni :
a.       Stadium adaptasi
Adaptasi merupakan suatu daya proteksi alamiah dan keadaan ini dapat pulih kembali ataupun dengan kata lain bersifat sementara. Jika kita memakai ruangan yang bising maka ambang pendengaran akan naik sehingga bising tidak akan mengganggu lagi. Setelah meningglkan ruangan bising itu lama kelamaan akan pulih kembali sehingga pada stadium adaptasi hanya terjadi ketulian yang bersifat sementara.
b.      Stadium temporary threshold shift
Disebut juga “auditory fabigue” yang merupakan kehilangan pendenngaran “reversible” sesudah 40 ja terhindar dari bising itu. Batas waktu yang diperlukan untuk pulih kembali sesudah terpapar terhadap bising pekerjaan adalah 16 jam. Bila pada waktu bekerja keesokan hari pendengarannya hanya sebagian yang pulih maka akan terjadinya tuli permanent. Sehingga untuk mencegahnya dapat dengan cara menutup telinga dan juga dengan adanya waktu istirahat bagi pekerja.


c.       Stadium “pesisten threshold shift”
Dalam stadium ini meningginya ambang pendengaran lebih lama lagi dibandingkan Stadium temporary threshold shift sekurang-kurangnya 40 jam setelah meninggalkan lingkungan bising. Dimana pendengarannya masih terganggu.
d.      Stadium “permanent threshold shift”
Meningginya ambang pendengaran menetap sifatnya. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan tidak dapat disembuhkan. Ini merupakan tuli akibat kerja di tempat yang paling bising dan merupakan jenis tuli persepsi yang kerusakannya berupa rusaknya saraf dan dapat mengakibatkan ketulian permanent.
Penderita baru mengetahui bahwa  ia menderita tuli permanent dan sementara. Setelah itu ia memerlukan suara-suara keras untuk sanggup mendengarkan suara percakapan. Sehingga perlu penanganan khusus bagi penderita misalnya untuk penderita tuli sementara dapat melakukan istirahat dan memerlukan istirahat serta penurunan intesitas dan frekuensi kebisingan. Sedangakan tuli permanent dapat melakukan pemeriksaan seacra berkala.

F.     Upaya dalam Pencegahan Kebisingan di tempat Kerja

1.      Meghilangkan kebisingan dari sumber suara (subtitusi)
Menghilangkan kebisingan dari sumber suara ialah dengan mengganti beberapa alat dengan alat lain yang lebih sedikit menimbulkan bunyi. Cara penggantian/subtitusi antara lain :
a.       Memaku diganti dengan mengelas
b.      Memaku dengan tekanan angin diganti dengan pemampatan
c.       Membelah/memotong dapat diganti dengan mengasah
d.      Beberapa alat yang memakai pompa angin dapat diganti dengan listrik
e.       Gigi logam yang digerakan diganti dengan system berjalan
f.       Mengerjakan besi logam dan logam lain selagi masih panas. Karena dengan cara demikian akan lebih sedikit menimbulkan bising dibandingkan apda saat logam sudah dingin.


2.      Menghilangkan transmisi kebisingan terhadap manusia (isolasi)
Untuk menghilangkan atau mengurangi transmisi kebisingan terhadap manusi dapat dilakukan berbagai usaha, salah satunya adalah dangan menutup/menyekat mesin atau alat yang mengeluarkan bising dengan cara :
a.       Menutup mesin serapat mungkin
b.      Mengolah semua pintu dan semua lubang seacra akustik
c.       Mengisolasi mesin dari lantai untuk mengurangi perjalanan getaran

3.      Mengadakan perlindungan terhadap karyawan
Usaha lain dalam mengendalikan akibat yang dapat diitimbulkan akibat kebisingan ialah ditujukan terhadap pekerja dalamkondisi bising yakni :
a.       Pemeriksaan kesehatan pra karya
Diaman setiap karyawan baru harus terlebih dahulu melalui pemerikasaan kesehatan umum dan khusus untuk mencegah  gangguan dalam bekerja dan kerugian perusahaan.
b.      Pemeriksaan kesehatan berkala
Dimana para pekerja diperiksa secara berkala untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja.
c.       Pemeriksaan kesehatan khusus
Jika karyawan menunjukann gejala yang mencurigakan maka dia akan dikirim ke klinik untuk menjalani pemeriksaan khusus. Sehingga cara-cara ini sangat bermanfaat bagi karyawan untuk mencegah panyakit akibat kerja dan pencegahan kerugian bagi perusahaan.
4.      Penerangan pra-karya
Sebelum karyawan bekerja ia harus menjjjalani induksi atau perkenalan pada lingkungan pekerjaan dan   semua peraturan keselamatan dan kesehatan kerja.
5.      Pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja
Dimana seorang mandor haruslah menjalani pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja secara beruntun dan berulang-ulang sehingga mereka dapat mendidik para karyawan untuk dapat bekerja dengan baik dan mencegah penyakit akibat kerja itu sendiri.








Selasa, 04 Oktober 2011

UJI ZAT WARNA RHODAMIN B 
                           




                    TUJUAN 
        Agar praktikan dapat mengetahui cara mengindentifikasi ada atau tidaknya senyawa Rhodamin B pada makanan (sample) yg akan diteliti.
                          DASAR TEORI 
 Rhodamin B atau disebut juga Tetra Ethil Rhodamine merupakan pewarna yang dipakai untuk industri cat, tekstil, dan kertas. Zat warna ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) serta Rhodamin dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Rodamin B merupakan zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal, tidak berbau, berwarna merah keunguan, dalam bentuk larutan berwarna merah terang berpendar (berfluorescensi) . Rhodamin B seringkali disalahgunakan untuk pewarna pangan dan kosmetik, misalnya : sirup, lipstick, dll. Paparan Rodamin B dalam waktu yang lama (kronis) dapat menyebabkan gangguan fungsi hati / kanker hati. Rodamin B biasanya terdapat pada lipstik yang berwarna merah mencolok, lipstik yang water proof (tahan air), blush on (pemerah pipi),dll. Sifat-sifat zat warna Rhodamin B adalah zat warna sintetik berbentuk serbuk Kristal, berwarna ungu kemerehan dan tidak berbau juga dalam larutan berwarna merah terang berrfluorescent. Ciri-ciri makanan yang mengandung Rhodamin B adalah : Warna makanan terlihat lebih cerah dan berpendar (tidak rata) Makanan sedikit terasa pahit Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengkonsumsi nya Baunya tidak alami sesuai makanan aslinya. Tanda dan Gejala Akut bila terpapar Rhodamin B: Jika tertelan, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna mearh atau merah muda Jika terkena kulit, dapat menimbulkan iritasi pada kulit. Jika terkena mata, dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, oedema pada kelopak mata. Jika terhirup, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan. Jika tertelan, dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernakan dan menimbulkan gejala keracunan dan air seni berwarna atau merah muda. Tindakan yang bisa dilakukan bila terpapar Rhodamin B Bila terkena kulit, lepaskan pakaian perhiasan, sepatu penderita yang terkontaminasi/terkena Rhodamin B. Cuci kulit dengan sabun dan air mengalir sampai bersih dari Rhodamin B, selama kurang lebih 15 s/d 20 menit, bila perlu hubungi dokter. Bila terkena mata, bilas dengan air mengalir atau larutan garam fisiologis, mata dikedip-kedipkan sampai dipastikan sisa Rhodamin B sudah tidak ada lagi/bersih, bila perlu hubungi dokter. Bila tertelan dan terjadi muntah, letakkan posisi kepala lebih rendah dari pinggul untuk mencegah terjadinya muntahan masuk ke saluran pernafasan. Bila korban tidak sadar, miringkan kepala ke samping atau ke satu sisi, bila perlu hubungi dokter. ALAT, BAHAN DAN REAGEN 
             Alat Gelas ukur Batang pengaduk Tabung reaksi Rak tabung Pipet ukur Pipet tetes Corong pisah Statif Timbangan Sendok penyu Bahan Sampel B Reagen H2S04 4N NH4OH 10 % HCl 10% NaOH 10 % CARA KERJA : Cara Pembuatan Reagen H2S04 4N 100 ml Cara pembuatan: V1 x N1 = V2 x N2 100 x 4 = V2 x 36 V2 = 11,11 ml Pipet 11,11 ml Larutan H2SO4, masukkan dalam beaker glass Larutkan dengan aquades Masukkan dalam labu ukur 100 ml, ad dengan aquades sampe tanda tera Gojok hingga homogen NH4OH 10 % 100 ml Cara pembuatan: = 10 ml Pipet NH4OH 10ml dan masukan ke dalam Beaker glass Larutkan dengan Aquadest Masukkan dalam labu ukur 100 ml, ad dengan aquades sampe tanda tera Gojok hingga homogeny HCl 10% 100 ml Cara pembuatan = 10 ml Pipet HCl 10ml dan masukan ke dalam Beaker glass Larutkan dengan Aquadest Masukkan dalam labu ukur 100 ml, ad dengan aquades sampe tanda tera Gojok hingga homogen NaOH 10 % 100 ml Cara pembuatan: = 10 gram Timbang 10 gram Kristal NaOH dalam Beaker glass Larutkan dengan Aquadest Masukkan dalam labu ukur 100 ml, ad dengan aquades sampe tanda tera Gojok hingga homogen Persiapan Sample ↓ Masukkan ke dalam Beaker glass 50 ml ↓ Larutankan dengan 30 ml Aquadest ↓ Di aduk-aduk ↓ Sampai sebagian besar Zat warna larut dalam air ↓ Pisahkan antara larutan zat warna dengan destilat sample (Beaker yang telah di aduk, sisa sampelnya di ambil dan ampanya di buang) ↓ Larutan zat warna ↓ Larutan uji Cara Uji Reaksi amyl alcohol (ethanol) lingkungan asam 2ml larutan uji (sample B) (masukan dalam tabung reaksi) ↓ Di+ 1ml H2S04 4N ↓ Di+ 2ml amyl alcohol (ethanol) ↓ Di gojog Reaksi amyl alcohol (ethanol) lingkungan basa 2ml larutan uji (sample B) ↓ Di+ 1ml NH4OH 10 % ↓ Di+ 2ml amyl alcohol (ethanol) ↓ Di gojog Reaksi khusus untuk Rhodamin B Larutan uji 2 – 5 ml ↓ Di+ NaOH 10% add Basa (tetes demi tetes,kemudian masukan ke dalam corong pisah) ↓ Di+ Ether ↓ Di gojog ↓ Di pisahkan ↓ Ambil fase ether nya ↓ Di+ HCl 10% secukupnya ↓ Lihat perubahannya
       HASIL
                     Reaksi amyl alcohol (ethanol) lingkungan asam Larutan uji mengandung Rhodamin B karena masuk ke dalam amyl alcohol (ethanol). Reaksi amyl alcohol (ethanol) lingkungan basa Larutan uji mengandung Rhodamin B karena warna masuk ke dalam amyl alcohol (ethanol). Reaksi khusus untuk Rhodamin B Larutan uji mengandung Rhodamin B karena terjadi warna merah di lapisan bawah (lapisan asam).
          PEMBAHASAN  
            Dalam praktikum ini dilakukan identifikasi Rhodamin B terhadap sampel B, dengan ciri-ciri berwarna merah lebih cerah, berpendar dan baunya menarik. Dan dari hasil uji yang di lakukan menunjukkan bahwa sampel ini positif mengandung rhodamin B. Identifikasi ini dilakukan dengan tiga uji reaksi yaitu; Reaksi amyl alcohol (ethanol) lingkungan asam Reaksi amyl alcohol (ethanol) lingkungan basa Reaksi khusus untuk rhodamin B. Dari uji reaksi ini diketahui bahwa Rhodamin B dalam lingkungan asam atau basa akan terekstraksi ke dalam amyl alcohol (ethanol) dan Rhodamin B dalam lingkungan basa terekstraksi dalam eter, dengan penambahan asam, Rhodamin B terakstraksi ke dalam asam. 

        KESIMPULAN
Maka dari praktikum ini praktikan dapat mengetahui cara mengidentifikasi zat warna Rhodamin B. Dan dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel B positif mengandung Rhodamin B.

DAFTAR PUSTAKA


         Diktat Praktikum Toksikologi “ Uji zat warna Rhodamin B” http://en.wikipedia.org/wiki/Zat warna_Rhodamin B http://en.pengawet makanan.ac.id


      terima kasih
www.uji Rodamin B.com//