Sabtu, 10 Desember 2011



ENZIM

Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.
Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain.

1.      Nomenklatur Enzim
Biasanya enzim mempunyai akhiran –ase. Di depan –ase digunakan nama substrat di mana enzim itu bekerja., atau nama reaksi yang dikatalisis. Misal : selulase, dehidrogenase, urease, dan lain-lain. Tetapi pedoman pemberian nama tersebut diatas tidak selalu digunakann. Hal ini disebabkan nama tersebut digunakan sebelum pedoman pemberian nama diterima dan nama tersebut sudah umum digunakan. Misalnya pepsin, tripsin, dan lain-lain. Dalam Daftar Istilah Kimia Organik (1978), akhiran –ase tersebut diganti dengan –asa.

2.      Struktur Enzim
Pada mulanya enzim dianggap hanya terdiri dari protein dan memang ada enzim yang ternyata hanya tersusun dari protein saja. Misalnya pepsin dan tripsin.Tetapi ada juga enzim-enzim yang selain protein juga memerlukan komponen selain protein. Komponen selain protein pada enzim dinamakan kofaktor. Koenzim dapat merupakan ion logam/ metal, atau molekul organik yang dinamakan koenzim. Gabungan antara bagian protein enzim (apoenzim) dan kofaktor dinamakan holoenzim.
Enzim yang memerlukan ion logam sebagai kofaktornya dinamakan metaloenzim.. Ion logam ini berfungsi untuk menjadi pusat katalis primer, menjadi tempat untuk mengikat substrat, dan sebagai stabilisator supaya enzim tetap aktif.

Tabel 1.  Beberapa enzim yang mengandung ion logam sebagai kofaktornya
Ion logam
Enzim
Zn 2+



Mg2+


Fe2+ / Fe3+




Cu2+/ Cu+


K+

Na+


Alkohol dehidrogenase
Karbonat anhidrasa
Karboksipeptidasa

Fosfohidrolasa
Fosfotransferasa

Sitokrom
Peroksida
Katalasa
Feredoksin

Tirosina
Sitokrom oksidasa

Piruvat kinasa (juga memerlukan Mg2+)

Membrane sel ATPasa ( juga memerlukan K+ dan Mg2+)



3.      Aktivitas Enzim
Seperti halnya katalisator, enzim dapat mempercepat reaksi Kimia dengan menurunkan energi aktivasinya. Enzim tersebut akan bergabung sementara dengan reaktan sehingga mencapai keadaan transisi dengan energi aktivasi yang lebih rendah daripada energi aktivasi yang diperlukan untuk mencapai keadaan transisi tanpa bantuan katalisator atau enzim.

4.      Penggolongan (Klasifikasi) enzim
  1. Hidrolase
Hidrolase merupakan enzim-enzim yang menguraikan suatu zat dengan pertolongan air. Hidrolase dibagi atas kelompok kecil berdasarkan substratnya yaitu :
A.    Karbohidrase, yaitu enzim-enzim yang menguraikan golongan karbohidrat.
Kelompok ini masih dipecah lagi menurut karbohidrat yang diuraikannya, misal :
a.       Amilase, yaitu enzim yang menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi maltosa 9 suatu disakarida).


amilase
 
 
                     2 (C6H10O5)n + n H2O                 n C12H22O11
amilum
 
maltosa
 
               
                                                              
b.      Maltase, yaitu enzim yang menguraikan maltosa menjadi glukosa


maltase
 
 
C12H22O11 + H20                 2 C6H12O6





maltosa
 

glukosa
 
 


c.       Sukrase, yaitu enzim yang mengubah sukrosa (gula tebu) menjadi glukosa dan fruktosa.
d.      Laktase, yaitu enzim yang mengubah laktase menjadi glukosa dan galaktosa.
e.       Selulase, emzim yang menguraikan selulosa ( suatu polisakarida) menjadi selobiosa ( suatu disakarida)
f.       Pektinase, yaitu enzim yang menguraikan pektin menjadi asam-pektin.

B.     Esterase, yaitu enzim-enzim yang memecah golongan ester.
  Contoh-contohnya :
a.       Lipase, yaitu enzim yang menguraikan lemak menjadi gliserol dan asam lemak.
b.      Fosfatase, yaitu enzim yang menguraikan suatu ester hingga terlepas asam fosfat.

C.     Proteinase atau Protease, yaitu enzim enzim yang menguraikan golongan protein.
Contoh-contohnya:
a.       Peptidase, yaitu enzim yang menguraikan peptida menjadi asam amino.
b.      Gelatinase, yaitu enzim yang menguraikan gelatin.
c.       Renin, yaitu enzim yang menguraikan kasein dari susu.

  1. Oksidase dan reduktase , yaitu enzime yang menolong dalam proses oksidasi dan reduksi.
Enzim Oksidase dibagi lagi menjadi;
a.       Dehidrogenase : enzim ini memegang peranan penting dalam mengubah zat-zat organik menjadi hasil-hasil oksidasi.
b.      Katalase : enzim yang menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen.



  1. Desmolase , yaitu enzim-enzim yang memutuskan ikatan-ikatan C-C, C-N dan beberapa ikatan lainnya.
Enzim Desmolase dibagi lagi menjadi :
a.       Karboksilase : yaitu enzim yang mengubah asam piruyat menjadi asetaldehida.
b.      Transaminase : yaitu enzim yang memindahkan gugusan amine dari suatu asam amino ke suatu asam organik sehingga yang terakhir ini berubah menjadi suatu asam amino.

Enzim juga dapat dibedakan menjadi eksoenzim dan endoenzim berdasarkan tempat kerjanya, ditinjau dari sel yang membentuknya.Eksoenzim ialah enzim yang aktivitasnya diluar sel. Endoenzim ialah enzim yang aktivitasnya didalam sel.
Selain eksoenzim dan endoenzim, dikenal juga enzim konstitutif dan enzim induktif. Enzim konstitutif ialah enzim yang dibentuk terus-menerus oleh sel tanpa peduli apakah substratnya ada atau tidak. Enzim induktif (enzim adaptif) ialah enzim yang dibentuk karena adanya rangsangan substrat atau senyawa  tertentu yang lain. Misalnya pembentukan enzim beta-galaktosida pada escherichia coli yang diinduksi oleh laktosa sebagai substratnya. Tetapi ada senyawa lain juga yang dapat menginduksi enzim tersebut walaupun tidak merupakan substarnya, yaitu melibiosa. Tanpa adanya laktosa atau melibiosa, maka enzim beta-galaktosidasa tidak disintesis, tetapi sintesisnya akan dimulai bila ditambahkan laktosa atau melibiosa.

5.  Koenzim
Dalam peranannya ,enzim sering memerlukan senyawa organik tertentu selain protein. Ditinjau dari fungsinya, dikenal adanya koenzim yang berperan sebagai pemindah hidrogen, pemindah elektron, pemindah gugusan kimia tertentu (“group transferring”) dan koenzim dari isomerasa dan liasa.


Tabel 2. Contoh-contoh koenzim dan peranannya
No
Kode
Singkatan dari
Yang dipindahkan
1.
NAD
Nikotinamida-adenina dinukleotida
Hidrogen
2.
NADP
Nikotinamida-adenina dinukleotida fosfat
Hidrogen
3.
FMN
Flavin mononukleotida
Hidrogen
4.
FAD
Flavin-adenina dinukleotida
Hidrogen
5.
Ko-Q
Koenzim Q atau Quinon
Hidrogen
6.
sit
sitokrom
Elektron
7.
Fd
Ferredoksin
Elektron
8.
ATP
Adenosina trifosfat
Gugus fosfat
9.
PAPS
Fosfoadenil sulfat
Gugus sulfat
10.
UDP
Uridina difosfat
Gula
11.
Biotin
Biotin
Karboksil (CO2)
12.
Ko-A
Koenzim A
Asetil
13.
TPP
Tiamin pirofosfat
C2-aldehida
           


DAFTAR PUSTAKA

 Dwidjoseputro, Dasar-dasar Mikrobiologi
Timotius, K.H, 1982, Mikrobiologi Dasar; Salatiga, Universitas Kristen
                     Satya Wacana





Jumat, 07 Oktober 2011

KEBISINGAN

                                KEBISINGAN


A.    Pengertian dan Batasan Kebisingan

Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja yang merupakan “beban tambahan” dari seseorang yang sedang bekerja. Salah satu pentakit akibat kerja adalah kebisingan. Dimana penyakit akibat kerja dapat dicegah dengan adanya kesehatan lingkungan kerja.
Kebisingan merupakan masalah kesehatan yang selalu timbul baik pada industri besar misalnya pabrik baja dan mobil. Ada banyak batasan yang digunakan untuk istilah kebisingan. Bising dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari gerakan –gerakan yang tidak teratur dan periodic. Ada pula yang mengartikan bahwa kebisingan adalah suara yang tidak mengandung kualitas music. Sehingga batasan yang paling baik adalah kebisingan merupakan suara yang tidak dikehendaki, misalnya pada kasus di bawah ini :
a.       Pada orang tua dan orang yang sedang sakit, suara keras daoat diartikan sebagai kebisingan. Sebaliknya suara keras ini tidak diartikan sebagai suara bising melainkan suara yang dianggap oleh mereka sebagai suara yang menyenangkan.
b.      Suara music klasik dianggap sebagai suara bising oleh kaum anak muda pada umumnya, senbaliknya suara music klasik tidak dianggap kebisingan karena enak didengar oleh jiwa sebagian orang.

Tidak hanya dari suara musik saja yang dianggap bising, seseorang yang sedang bicara dapat dikatakan bising atau suatu kebisingan. Sehingga suara bising sapat diartikan sebagai kebisingan, tergantung pada situasi , kondisi dan umur dari tiap pendengar. Apapun batasan yang diberikan, baik kebisingan maupun suara secar fisik adalah sama. Suara baik yang dikehendaki atau tidak dikehendaki adalah Fenomena Fisik Udara berupa  variasi perubahan tekanan udara yang terus menerus, cepat meninggi dan merendah dalam tekanan atmosfer yang normal serta dirambatkan yang disebabkan oleh obyek yang bergetar. Getaran udara tersebut merambat melalui medium padat, cair, maupun udara dimana bila diterima oleh telinga yang mendengarnya akan diberi makna atau sensasi tertentu.



B.     Pengaruh Kebisingan terhadap Lingkungan Kerja

Dalam melaksanakan pekerjaan di lingkungan kerja kebisingan dapat menjadi gangguan bagi para pekerja. Gangguan tersebut dapat dikelompokan menjadi :
a.       Gangguan Fisiologis
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat bising. Dimana pangeruh bagi pendengar dalam lingkungan adalah pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar dengan jelas, sehingga dapat menimbulkan kecelakaan. Pembicarapun terpaksa berteriak. Selain memerlukan tenaga ekstra juga menambah kebisingan dan tekanan darah.
b.      Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis lama bisa menimbulkan gangguan psikologis pada seseorang. Suara yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stress, gangguan jiwa, sulit konsentrasi berpikir. Sehingga dapat berpengaruh pada pekerja dan akhiranya pekerjaan tidak dapat terselesaikan dengan baik dan perusahaan dapat merugi.
c.       Gangguan Patologis Organis
Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruh terhadap alat pendengaran/telinga yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara bahkan permanent. Sehingga dari gangguan ini dapat berpengaruh pada pekerja yang tidak bekerja secara optimal skibatnya perusahaan merugi karena mengeluarkan biaya untuk kesembuhan para pekerja dan penurunan produksi barang.
Jadi, pencegahan sangatlah penting bagi setiap perusahaan untuk mencegah resiko-resiko terburuk yang dapat terjadi




C.    Ukuran Kebisingan

Suara atau kebisingan apada hakekatnya memiliki “tekanan”. Tekanan yang dirambatkan pada dasarnya merupakan suatu daya (power) yang memiliki potensi bahaya kesehatan kerja. Besarnya tekanan dapat menimbulkan sensasi suara yang mampu didengar oleh telinga normal yaitu 0,002 bar. Tekanan sebesar itu mampu menggetarkan organ telinga dan bila terlampau tinggi dapat menimbulkan kerusakan organ telinga. Untuk memudahkan penulisan ataupun perhitungan derajat besarnya tekanan suara digunakan istilah dB(decibel). Misalnya, 1dB adalah tekanan udara terkecil yang mampu menimbulkan sensasi suara, 2dB kelipatan 10 dari 1dB sedangakn 3dB kelipatan 100 dari 1dB, demikian seterusnya.
Sehingga kebisingan dapat diklarifikasikan dalam 3 bentuk dasar berdasarkan tekanan yaitu :
a.       Steady noise
Dinyatakan dalam nilai amabang tekana suara (sound pressure levels) diukur dalam octave band dan perlahan-lahan tidak melebihi beberapa dB perdetik, contoh suara gergaji berputar.
b.      Impulse noise
Mempunyai perubahan-perubahan dalam octave band yang melebihi beberapa dB perdetik, contoh ketukan-ketukan yang berulang misalnya bising di dalam kamar mesin kapal.
c.       Impact noise
Mempunyai perubahan-perubahan yang amat besar dalam octave band, contoh letusan senjata api. Dimana impact noise merupakan kebisingan yang berbahaya bagi oergan telinga jiak terlalu sering didengarkan.

D.    Penyakit Kebisingan

Kebisingan di tempat kerja dapat mengganggu indra pendengaran atau telinga yang nantinya dapat menimbulkan ketulian baik secara permanen ataupun sementara, tergantung dari macam dan lama suara sertafaktor-faktor lain. Sehingga jika ketulian ini samapi berlarut terlalu lama maka akan menimbulkan beberapa penyakit lainnya misalnya osteoklerosis tulang telinga serta destruksi dan digenerasi telinga.


E.     Penyebab dan Penanganan Ketulian

1.      Penyebab Ketulian
Ketulian itu ada yang bersifat permanen dan sementara tergantung pada factor-faktor berikut :
·         Intensitas bising
Nada 100 Hz dengan intensitas 85dB jika di perdengarkan selama 4 jam tidak berbahaya namun jika intesitas dinaikan maka akan menyebabkan ketulian yang permanen
·         Frekuensi bising
Bising dengan frekuensi tinggi lebih bebahaya dari bising dengan frekuensi rendah. Jika frekuensi dinaikan maka akan menyebabkan ketulian yang permanent jika frekuensi diturunkan maka tidak akan berbahaya bagi telinga.
·         Lamanya berada dalam lingkungan kerja
Semakin lama berada dalam lingkungan kerja yang bising semakin bahaya untuk pendengaran terlebih lagi jika intesitas bising itu tinggi
·         Sifat bising
Bising yang didengar terus menerus lebih berbahaya.
·         Waktu di luar lingkungan kerja
Waktu kerja dilingkungan bising diselingi dengan bekerja beberapa jam sehari dilingkungan tenang akan mengurangi bahaya mundurnya pendengaran. Dimana dengan istirahat maka akan mengurangi beban telinga untuk mendengar sehingga ketulian yang bersifat pemanen dapat dicegah.

·         Kepekaan Seseorang
Kepekaan seseorang mempunyai kisaran luas, secara teliti hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan audiogram secara berulang-ulang.
·         Umur
Orang yang berumur lebih dari 40 tahun akan lebih mudah tuli akibat bising dibandingkan dengan orang yang umurnya 10-40 tahun.
·         Sifat-sifat fisik suara
*      Dengan intesitas dan frekuensi yang tinggi akan menyebabkan ketulian secara permanent. Misalnya dengan intesitas di atas 85dB dan frekuensi 3000-6000 Hz sudah dapat menimbulkan ketulian yang bersifat permanent dan dibarengi dengan lamanya kita berada dalam suatu tempat.
*      Bahan yang dipakai untuk bekerja misalnya mental atau semen pada umumnya lebih banyak menimbulkan resonansi getaran.
·         Sifat perorangan
*      Kepekaan perorangan
*      Umur
*      Penyakit telinga sebelumnya
Jika sesorang yang sebelumnya sudah mempunyai penyakit telinga akan dapat menyebabkan ketulian permanent lebih tinggi dibandingkan dengan seseorang yang sebelumnya normal.

2.      Penanganan
Ketulian terjadi tahap demi tahap  yakni :
a.       Stadium adaptasi
Adaptasi merupakan suatu daya proteksi alamiah dan keadaan ini dapat pulih kembali ataupun dengan kata lain bersifat sementara. Jika kita memakai ruangan yang bising maka ambang pendengaran akan naik sehingga bising tidak akan mengganggu lagi. Setelah meningglkan ruangan bising itu lama kelamaan akan pulih kembali sehingga pada stadium adaptasi hanya terjadi ketulian yang bersifat sementara.
b.      Stadium temporary threshold shift
Disebut juga “auditory fabigue” yang merupakan kehilangan pendenngaran “reversible” sesudah 40 ja terhindar dari bising itu. Batas waktu yang diperlukan untuk pulih kembali sesudah terpapar terhadap bising pekerjaan adalah 16 jam. Bila pada waktu bekerja keesokan hari pendengarannya hanya sebagian yang pulih maka akan terjadinya tuli permanent. Sehingga untuk mencegahnya dapat dengan cara menutup telinga dan juga dengan adanya waktu istirahat bagi pekerja.


c.       Stadium “pesisten threshold shift”
Dalam stadium ini meningginya ambang pendengaran lebih lama lagi dibandingkan Stadium temporary threshold shift sekurang-kurangnya 40 jam setelah meninggalkan lingkungan bising. Dimana pendengarannya masih terganggu.
d.      Stadium “permanent threshold shift”
Meningginya ambang pendengaran menetap sifatnya. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan tidak dapat disembuhkan. Ini merupakan tuli akibat kerja di tempat yang paling bising dan merupakan jenis tuli persepsi yang kerusakannya berupa rusaknya saraf dan dapat mengakibatkan ketulian permanent.
Penderita baru mengetahui bahwa  ia menderita tuli permanent dan sementara. Setelah itu ia memerlukan suara-suara keras untuk sanggup mendengarkan suara percakapan. Sehingga perlu penanganan khusus bagi penderita misalnya untuk penderita tuli sementara dapat melakukan istirahat dan memerlukan istirahat serta penurunan intesitas dan frekuensi kebisingan. Sedangakan tuli permanent dapat melakukan pemeriksaan seacra berkala.

F.     Upaya dalam Pencegahan Kebisingan di tempat Kerja

1.      Meghilangkan kebisingan dari sumber suara (subtitusi)
Menghilangkan kebisingan dari sumber suara ialah dengan mengganti beberapa alat dengan alat lain yang lebih sedikit menimbulkan bunyi. Cara penggantian/subtitusi antara lain :
a.       Memaku diganti dengan mengelas
b.      Memaku dengan tekanan angin diganti dengan pemampatan
c.       Membelah/memotong dapat diganti dengan mengasah
d.      Beberapa alat yang memakai pompa angin dapat diganti dengan listrik
e.       Gigi logam yang digerakan diganti dengan system berjalan
f.       Mengerjakan besi logam dan logam lain selagi masih panas. Karena dengan cara demikian akan lebih sedikit menimbulkan bising dibandingkan apda saat logam sudah dingin.


2.      Menghilangkan transmisi kebisingan terhadap manusia (isolasi)
Untuk menghilangkan atau mengurangi transmisi kebisingan terhadap manusi dapat dilakukan berbagai usaha, salah satunya adalah dangan menutup/menyekat mesin atau alat yang mengeluarkan bising dengan cara :
a.       Menutup mesin serapat mungkin
b.      Mengolah semua pintu dan semua lubang seacra akustik
c.       Mengisolasi mesin dari lantai untuk mengurangi perjalanan getaran

3.      Mengadakan perlindungan terhadap karyawan
Usaha lain dalam mengendalikan akibat yang dapat diitimbulkan akibat kebisingan ialah ditujukan terhadap pekerja dalamkondisi bising yakni :
a.       Pemeriksaan kesehatan pra karya
Diaman setiap karyawan baru harus terlebih dahulu melalui pemerikasaan kesehatan umum dan khusus untuk mencegah  gangguan dalam bekerja dan kerugian perusahaan.
b.      Pemeriksaan kesehatan berkala
Dimana para pekerja diperiksa secara berkala untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja.
c.       Pemeriksaan kesehatan khusus
Jika karyawan menunjukann gejala yang mencurigakan maka dia akan dikirim ke klinik untuk menjalani pemeriksaan khusus. Sehingga cara-cara ini sangat bermanfaat bagi karyawan untuk mencegah panyakit akibat kerja dan pencegahan kerugian bagi perusahaan.
4.      Penerangan pra-karya
Sebelum karyawan bekerja ia harus menjjjalani induksi atau perkenalan pada lingkungan pekerjaan dan   semua peraturan keselamatan dan kesehatan kerja.
5.      Pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja
Dimana seorang mandor haruslah menjalani pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja secara beruntun dan berulang-ulang sehingga mereka dapat mendidik para karyawan untuk dapat bekerja dengan baik dan mencegah penyakit akibat kerja itu sendiri.